Ini hasil dari kerjaan iseng buka-buka folder lama. Eh ketemu puisi jadul, tahun kapan ya ini saya buatnya, perasaan udah lama banget. Ngakak sendiri bacanya, sebegini random dan anehnya saya dulu bikin beginian --"
Berkali-kali kubaca buku pelajaran Biologi
yang kupinjam dari perpustakaan sekolah
Ronyok halamannya lantaran berkali-kali
kulipat, kubuka, dan kubaca
Kata kunci yang sama dengan variasi kata
berbeda, berulang kali kuketikkan di kotak mesin pencarian internet
Aku masih kelas 6 SD, tak mengerti benar
dengan arti alel, faktor VII, IX, atau apalah itu
Tapi dengan keras tetap kucoba pahami
materi ini
Perkataan ibu guru di kelas tadi, masih
terus berkeliaran di pikiranku
Berusaha menjawab rasa penasaranku selama
ini
Mengapa ayah dan ibu menomorsatukan adik
laki-lakiku itu dalam segala hal
Menyayangi, melindungi, seolah dialah anak
mereka satu-satunya
Dibilang anak bungsu pun, bukan. Masih ada,
seorang adik perempuan terkecil di keluarga ini
Menetes air mataku, aku memang tak mengerti
benar selama ini
Menyesal, itu yang aku rasakan sekarang
Mengapa aku baru tau sekarang
Mengapa baru tadi pagi, ibu guru mengatakan
tentang hal itu
Mengapa tak langsung saja kukatakan rasa
iriku selama ini kepada ayah dan ibu
Agar mereka bisa memberi pengertian
kepadaku
Sebelum semuanya terlanjur terjadi
Bukan kehendak ayah dan ibu, mereka lebih
menaruh perhatian kepada adikku, tidak kepadaku atau pun adik perempuan
terkecilku
Bukan salah ayah, mencintai ibu, dan
akhirnya menikah
Bukan keinginan ibu, mewarisi kromosom x
pembawa sifat hemofilia itu
Bukan salah mereka, adikku harus mengalaminya
Salahku, yang tak mau mengerti
Salahku yang selalu iri, yang karena
keirian itu dengan sengaja kudorong dia hingga jatuh dan terluka dan harus
segera dilarikan ke rumah sakit
Salahku sendiri aku dimarahi ayah dan ibu,
atau barangkali mereka akan sangat membenciku
Salahku, tak mau peduli dengan lebam dan
kucuran darah adikku yang tak mau berhenti
Salahku, tak mau tahu memar-memar di
sekujur tubuh adikku yang tak hilang berminggu-minggu
Seharusnya bisa kujaga adikku, dia hanya
mutiara kecil rapuh dan rentan
Seharusnya bisa kuhapus keresahan ayah dan
ibu, mereka diberi tugas penting oleh Tuhan, mempertahankan adikku
Ayah, Ibu, Adik, maafkan aku, aku hanya
belum mengerti
No comments:
Post a Comment