Monday, July 15, 2013

Culinary Spot #3 - Kehidupan Tidak Pernah Berakhir, Kawan!

Assalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Waaah lagi pada ngabuburit nih yaa. Walaupun sekarang lagi bulan Ramadhan -- yang artinya kita lagi puasa--, saya teteup nulis review culinary spot nih. Siapa tau bisa jadi referensi buat buka puasa, atau makan malem, atau buat ntar setelah bulan puasa, hehe.

Anyway, udah zen banget belum sih judul postingan saya? Wise wise gimanaa gitu, haha. Eit, ternyata judul postingan saya kali ini adalah nama salah satu restoran vegetarian di Bandung. Pertama kali dengar namanya dari seorang teman, saya sempat ngira ini adalah markas besarnya Mario Teguh, secara nama tempatnya Kehidupan Tidak Pernah Berakhir (selanjutnya akan disingkat KTPB). Super sekali nggak tuh?

Sebenarnya saya bukan seorang vegan, tapi saya cukup penasaran untuk makan di tempat ini beberapa waktu yang lalu. Dari namanya saja sudah cukup menjadi daya tarik bagi kita untuk mencoba. Soalnya jarang banget ada nama restoran yang sepanjang dan sebijak ini.

Kehidupan Tidak Pernah Berakhir, Kawan!
foto: koleksi pribadi


Oke, mari kita ulas tentang restoran ini. Ruangan pertama -- tepat setelah pintu masuk -- adalah counter yang menyediakan oleh-oleh khas Kehidupan, yaitu kerupuk berbahan dasar rumput laut. Di sana saya disambut oleh dua teteh cantik yang sangat ramah dan tentunya menghargai kehidupan.

Masuk lebih dalam, saya menemukan banyak promosi tentang perilaku dan manfaat hidup sebagai seorang vegetarian. Di ruangan tersebut, terdapat berbagai pamflet yang berisi tentang manfaat menjadi vegetarian/vegan, salah satunya adalah dengan menjadi seorang vegan, kita dapat mengurangi berbagai risiko pencemaran lingkungan dan pemanasan global. Di sana juga ada banyak televisi yang menampilkan video yang (sepertinya) berisi tentang program hidup sehat ala vegetarian (saya nggak bener-bener nonton sih, jadi nggak terlalu tau isi filmnya). Menariknya, terpampang banyak foto artis vegetarian juga di ruangan tersebut, di antaranya ada Anne Hathaway, Tobey Maguire, Pamela Anderson, bahkan Mike Tyson ternyata juga seorang vegetarian. Artis Indonesia juga ada loh yang vegan, seperti Dewi Lestari dan Kak Seto. Pantasan aja mereka kalem-kalem gitu yaaa. Kalo saya vegetarian, mungkin foto saya juga akan dipampang di sana.

Perilaku makan kita juga ternyata memengaruhi pemanasan global
foto: koleksi pribadi


Nah, ruangan selanjutnya merupakan ruangan utama, yaitu ruang makan. Ruangannya cukup luas dengan desainnya yang agak mirip kafe. Didominasi dengan warna putih dan biru, ditambah dekorasi bunga matahari dan tumbuhan-tumbuhan hijau di dalamnya menciptakan suasana yang tenang pada tempat ini. Tempatnya juga sangat bersih dan rapi. Cozy banget dan cukup bisa bikin kita betah dan bertahan lama di sana.

ruang makan restoran KTPB
(sebenernya tempatnya terang, cuma saya aja yang nggak bagus ngejepretnya, jadi gelap)
foto: koleksi pribadi

ruang makan restoran KTPB
foto: koleksi pribadi

bunga matahari (bo'ongan)
foto: koleksi pribadi


Tetap gencar dengan promosinya, di ruang makan pun terdapat banyak pesan-pesan dan quotes tentang being a vegan.

Contohnya, 
"To my mind, the life of a lamb is no less precious than that of a human being." 
Mahatma Gandhi 
"If slaughterhouses has glass walls, everyone would be a vegetarian." 
Paul McCartney 
"As long as men massacre animals, they will kill each other. Indeed, he who has the seeds of murder and pain cannot reap the joy of love."
Pythagoras 

Vegan! For the planet, for the people, for the animals!
foto: koleksi pribadi

Ternyata, nggak perlu jadi Superman buat menciptakan perdamaian dunia, cukup jadi Vegan!
foto: koleksi pribadi


Now, it's time for me to review the foods. Makanan di sini, disajikan secara semi-prasmanan. Hah? Gimana tuh maksudnya semi-prasmanan? Jadi, makanan di sini diletakkan di showcase, terus kita pilih sendiri makanan yang kita mau, tinggal tunjuk mau menu yang mana, ntar petugasnya bakal ngambilin pilihan kita. Terus, kita jemput deh makanannya di kasir. Begitchuu.

Selain itu, di sini juga ada menu ala carte yang nama-namanya aneh. Nih, contohnya,  Kwetiau Goreng Surgawi, Nasi Goreng Rahmat dan Kasih, Nasi Capcay Bhinneka Tunggal Ika, Nasi Jamur Crispy Pencerahan Solusi Dunia, Spaghetti Cinta Tidak Menguasai, Nasi Sop Obat Energi adalah Materi, dan lain-lain. Edan sih itu, namanya panjang-panjang dan nggak lazim untuk dijadikan nama makanan. Tapi, itu jadi daya tarik lagi, soalnya unik dan lumayan lucu juga.

Counter pemesanan/pembelian makanan
foto: koleksi pribadi

Menu ala carte KTPB
foto: koleksi pribadi


Saat itu, saya memesan menu buffetnya. Yang harus banget kalian tau, makanannya murah abis. Jadi, untuk menu buffet berlaku Nasi + 4 sayur = Rp 6.000,00. Kalo ngambil sayurnya kurang dari 4? Ya tetep, 6000. Jadi, sebagai anak kos yang sayang orang tua alias hemat, saya harus memanfaatkan kesempatan mendapat nasi dan 4 sayur dengan harga 6000 itu. Tapi, karena saya juga penasaran sama yang namanya daging buatan, saya memesan dendeng juga pada akhirnya. Saya lupa harga dendengnya berapa, yang pasti, sama dengan / di atas Rp 5.000,00. Kalau daging-dagingannya memang nggak semurah sayurnya, soalnya harus diolah dan proses pembuatannya (sepertinya) susah deh, kan nggak dari daging beneran. Rasanya gimana? Kalo sayur, menurut saya standar sih, not that good, not that bad. Kalo rasa Dendeng jadi-jadiannya, lumayan mirip dengan rasa dendeng asli walaupun seratnya terasa beda. Ya, kalo yang namanya palsu, pasti nggak bakal sama lah yaa. Untuk makanan, secara keseluruhan menurut saya lumayan enak ;)

Sayangnya, saya agak fail di bagian minuman. Waktu itu, saya memesan Markisa, dengan pertimbangan banyak orang yang memesannya padahal harganya tergolong mahal dibandingkan makanannya, yaitu 10000 rupiah. Di pikiran saya, Markisa itu menu minuman favorit di KTPB, diberi perlakuan spesial pada pengolahannya atau porsinya bakalan gede banget. Ternyata, yang saya dapatkan, lebih mirip air sirup markisa yang bisa dibeli di supermarket terus bikin sendiri di rumah. Tapi, yaa sudahlah, makanan yang udah masuk ke pencernaan kita nggak boleh dicela. Lagian, siapa tau memang Markisanya dari buah markisa spesial.

Nasi + 4 sayur + Dendeng
foto: koleksi pribadi

Markisa | Rp 10.000,00 (baru naik, sebelumnya Rp 8.000,00)
foto: koleksi pribadi

Restoran Kehidupan Tidak Pernah Berakhir
Jalan Padjajaran No.63, Bandung
foto: koleksi pribadi

Walaupun di perjalanan pulang, saya jadi sempat kepikiran buat jadi vegetarian, Restoran KTPB ini ternyata belum cukup sukses mempromosikan ajakan menjadi vegetariannya kepada saya. Saya belum sanggup mengemban amanah menciptakan perdamaian dunia. Saya belum sanggup meninggalkan daging-daging sungguhan, Kawan!

2 comments:

Unknown said...

pertama tama saya sangat tertarik dengan resto tersebut...dan saya pun melamar utk jadi spg resto KTPB ...sering berjalan dan saya pun duterima di resto ..di tengah perjlannan saya jadi karyawati /SPG KTPB saya di haruskan memakai rok di atas lutut dan harus membeli sendiri rok tersebut,,hari demi hari saya pun tidak pernah memaki rok dikarenakan merasa risih setlah itu saya dipecat oleh SPV KTPB dengan lasan tidak memaki rok....dan setelah di pecat bukan saya menerima pesangon malah di potong uang gajih saya sebesar Rp 500 ribu...yang saya tanyakan apakah seperti iru pihak perusahaan memecat dan tidak memberi pesangon malah di potong lagi gajih nya...saya mempunyai kesimpulan bahwa resto tersebut semena mena dan tidak sesuai dengan aturan yang di keluarkan oleh dinas tenaga kerja kota bandung...

Unknown said...

sangat tidak tepat dengan nama