Wednesday, April 17, 2013

Childhood, then and now

As a teenager who live in this kind of era, I feel so lucky because I had have such a wonderful childhood. I remember how I loved to play with other kids of my neighborhood, built a camp at my garden with my sisters, fell down when I was learning how to ride a bike, played so many kind of traditional games such as Tabak, Kelereng (marbles), Galah Hadang, Petak Umpet (hide and seek), Congklak, Gasing, Ular Naga, Lompat Tali, watched boys played kite and guessed whose will be the highest. I also remember the time when my grandfather told a story about Kancil dan Buaya, Timun Mas, Kancil Mencuri Timun, and many more. How fun it was...

Kelereng
image source: KDRI

Lompat Tali
image source: KDRI

Tabak / Engklek
image source: alvyanto.blogspot.com

Here it comes my most favorite thing when I was a little girl, I loved listening to kid songs. I have a stack of children song cassettes, from Agnes Monica, Trio Kwek Kwek, Maissy, Tasya, Enno Lerian, Joshua, and many others. Indeed, I still remember most of the songs, you can test me to sing it. These songs are really meaningful and appropriate for kids age, the lyrics filled with persuasion to be a good children, persuade us to study to become a smart kid who can make our parents proud, also the lyrics suggest us to love our country. Aaah I just really love it!








But now, it's really hard to find traditional games which need kind of direct interaction to cooperate with your friends. It also hard to find those children songs that suit to the age. What we can find now is junior boy bands sing kind of  love songs even they're not old enough to think about it.

online games
image source: jogja.antaranews.com



These things make me feel really sorry with kids who live in this time until I found out these. 




There are people who still care and want to bring back the happiness of childhood in Indonesia :)

Quotes about Journey



Do they not travel through the land, so that their hearts (and minds) may thus learn wisdom and their ears may thus learn to hear? Truly it is not their eyes that are blind, but their hearts which are in their breasts.
- Q.S.  Al-Hajj (The Pilgrimage) : 46 -

Tuesday, April 16, 2013

Pimples on my face

What comes first in your mind when you heard ‘pimples’? Eww, something that make your face or appearance nerd, and most of you should hate it (though some people are just don’t care about any pimples on their chin, nose, forehead, or cheek).


Lah terus, kok malah ngomongin jerawat sih?

Issh, saya sejujurnya malu mengakui ini... karena sekarang jerawat lagi senang-senangnya bersarang di wajah saya, sampe udah mirip penjuru mata angin, di jidat, di pipi kanan kiri, di dagu, euuuh T_T


Terus penting banget sampe harus ngepost tentang jerawat?

Penting gak penting, saya hanya mau berbagi pikiran. Jadi pas ngaca tadi, meratapi jerawat yang tak kunjung hilang, muncul suatu analogi pemikiran.

Saya menganalogikan jerawat di wajah itu, kayak lika-liku dalam kehidupan. Waktu lagi puber, muncul yang namanya jerawat di muka yang jadi salah satu momok mengerikan bagi anak-anak muda yang pengen banget punya pasangan kece. PD jadi hilang, yang ada malah minder. Terus, kita tentunya gak mau kan selamanya jerawatan dan selamanya juga menggantikan peran... di film Bujang Lapok – alias ngejomblo terus. Bukan berarti saya mengatakan orang jerawatan pasti jomblo loh ya, tapi kebanyakan orang pasti beranggapan jerawat sangat mempengaruhi penampilan yang secara langsung juga mempengaruhi ketertarikan orang lain terhadapnya.

image source: shutterstock

Nah, kita pasti bakal berusaha ngilangin atau seenggaknya meminimalisir jerawat dengan berbagai cara, bisa perawatan jutaan rupiah, operasi platik di korea, mandi kembang, atau mungkin cuci muka tiap hari pake odol.  Eh, yang terakhir serius loh, temen saya pernah nyoba ngilangin jerawat pake odol and unbelievable, it works, dude! Tapi, saran saya jangan diikutin deh cuci muka pake odol, ntar muka kalian bersih, tapi malah jigongan gara-gara odol habis dipake cuci muka. Oke itu garing --"

Lanjut, itu semua kita lakuin demi mendapatkan tampang caem dan gebetan super. Sama kayak hidup, dalam fase menuju kedewasaan, setiap orang pasti ngalamin yang namanya masa transisi, dimana kita bakal dihadapkan dengan berbagai pilihan dan rintangan, ujian dan cobaan, jatuh dan bangun, nungging dan kayang, jongkok dan tiarap, sampe lompat harimau dan salto di udara demi mencapai sesuatu.

Intinya, dalam hidup ini, kita pasti ngalamin masa-masa berat dan penuh rintangan untuk dapetin hal yang kita inginkan. It just like you’ll got a beautiful face after you clear off pimples on your face.

image source: Parenting the A Team

How time flies!

Nggak kerasa udah UN 2013 aja, baru tahun lalu saya yang lagi duduk ngerjain soal UN. Think about it makes me really miss my high school time. Yeah, I know, time really has gone by fast...


produk cipta karya - saya, ben, bayu, agus, bahri

LCC 4 Pilar Nasional

Ganesha English Community


buka bersama Alien

there are still a lot of photos actually, but I decide not to post it because I didn't wear my hijab 


Banyak hal melintas di benakku saat teringat akan kutinggalkan sekolah ini sebentar lagi. betapa banyak momen yang kita alami 3 tahun ditempa di sini.
Terbang ingatanku ke hari dimana kita pertama kali dipertemukan secara resmi, 16 Februari 2009. Itu hari Kamis, aku ingat sekali, karena lapangan sekolah ini dipenuhi warna-warna yang berbeda, kita berkumpul dengan seragam khas sekolah menengah pertama masing-masing. Masih ingat, saat aku datang terlambat bersama 3 sahabat terbaikku, bahkan pada hari pertama masa orientasi. Hingga mendapat penalti oleh para senior. Aku akan selalu ingat hal itu. 
Lelah, kesan pertama bersekolah di sini. Tugas setiap hari, kerja kelompok sana-sini. Bosan akan  rutinitas, aturan, dan kebijakan yang menjadi-jadi. Hanya butuh waktu sebentar hingga kita yang awalnya jengah menjadi terbiasa akan hal-hal ini. Bahkan walaupun senang, sedikit ada rasa aneh jika hal-hal menjemukan itu tak ada. 
Kompleks, berbagai pribadi ada di sini, dari mereka yang datang hanya untuk nilai di rapot, mereka yang datang ke sekolah lebih seperti hanya mengurus organisasi dan ekskul dibanding ikut kegiatan belajar mengajar di kelas, mereka yang mencermikan remaja-remaja SMA pada umumnya di sinetron televisi yang hari-harinya diisi dengan cinta SMA juga hura-hura, mereka yang gemar berkompetisi, mereka yang berjiwa pemberontak dan menginginkan kebebasan dari segala aturan, anak-anak rohis yang wajahnya berseri tiap hari, bahkan mereka yang terabaikan dan tak pernah diacuhkan.
Bercengkrama di bawah pohon rindang, berkutat dengan kertas-kertas agenda rapat, menggoda junior, melirik senior, keluar masuk kantor guru menanyakan jadwal remedi, bolos sekolah, jajan di kantin, parkir yang padat, datang ke sekolah untuk menghabiskan waktu sore hari, naksir teman sekelas tapi tak pernah berani mengungkapkan, suasana syahdu jumat pagi, mentoring, kemah besar, diomeli bu Wanti karena kedapatan bolos lagi, dihukum beramai-ramai karena ketahuan berkelahi, bergosip tentang guru di selasar tiap pagi hari, orang tua dipanggil sekolah lantaran buat ulah, melarikan diri ke uks karena tak mengerjakan tugas dan takut dimarahi, sibuk mengurusi organisasi dan ekskul, pensi, adu jotos saat pertandingan di classmeeting, bersembunyi dari pak nordi lantaran rambut panjang tak rapi, bersalaman dengan kepala sekolah tiap pagi,  dan banyak hal remeh temeh lain yang segera setelah lulus dari sini, pasti akan kita rindukan. 

Tiga tahun bukan waktu yang singkat
Bukan waktu singkat yang mampu ubah jabat tangan pertama kita jadi ikatan erat tak terelakkan 
Bukan waktu singkat yang mampu ukir bangga, cinta, dan haru dalam memori 
Bukan waktu singkat yang mampu mematri kenangan tentang tingkah dan ulah

Aku tak akan ucapkan selamat tinggal, tapi sampai jumpa 
Sampai jumpa saat nanti telah kita raih mimpi-mimpi kita 
Sampai jumpa saat nanti kita merasa bangga akan sukses yang kita capai 
Sampai jumpa saat nanti kita bernostalgia dalam acara reuni angkatan 2012 kelak 
Sampai jumpa saat nanti kita balas tiga tahun ini dengan bangun smansa 

Smansa yang telah mengantar ribuan langkah kaki kita 
Tapi mungkin butuh jutaan bahkan milyaran langkah lagi hingga kita sampai 
Sampai pada langit, tempat kita gantungkan cita
Asa untuk bangun bangsa 

Kita akan tersebar entah kemana
Karena jalan setapak yang akan kita lalui mungkin tak akan sama 
Tapi aku yakin kita selalu tahu tempat untuk saling mencari
Di sini, di almamater tercinta


Dini A. Norvyani