Monday, June 24, 2013

Culinary Spot #1 - Nasi Kalong Top Markotop

Kali ini, saya mau nulis review kuliner nih supaya keliatan gaul dan asik gitu. Haha, nggak deng. Yang bener, biar bisa menyalurkan bakat saya supaya lebih bermanfaat. Bakat apa? Bakat makan. Hahahaha. Nah, ini review pertama saya tentang kuliner, harapannya sih reviewnya bisa rutin dan berkelanjutan, istilah kerennya sustainable review. Bzzz, adanya sustainable environment kalee. Garing amat sih, Din --"

Di postingan pertama tentang culinary spot ini, saya akan ngebahas tentang satu tempat makan yang udah lumayan terkenal di Bandung. Drum roll pleaseee... (ceritanya ada yang main drum). Jeng jeng jeng jeng, ini diaaaa...

Nasi Kalon Jalan R.E. Martadinata (Riau) No.102, Bandung
foto: koleksi pribadi


Nasi Kalong? Apaan tuh? Nasi pake lauk kalong? Awalnya kebanyakan orang pasti mikirnya begitu. Sebenernya, maksudnya nasi kalong itu bukan nasi pake lauk kalong (kalong itu kelelawar yang makannya buah), tapi makanan khusus orang-orang yang mukanya mirip kalong. Becanda deeeeng.

Jadi, nama nasi kalong ini ada karena makanannya yang baru dijual di waktu malam, buat orang-orang yang suka 'ngalong' gitu loooh, bukanya aja dari jam 19.00 - 03.00. Kalong banget nggak tuh?

ini kalung yaa, bukan kalong
sumber gambar: vummidi.com

kalongnya unyunyunyuu
sumber gambar: sprudge.com


Nasi Kalong ini terletak di Jalan R.E. Martadinata No.102, Bandung. Pertama kali banget tau tempat ini, ditunjukkin sama kakak angkatan saya pas kita lagi lewat di depan tempat ini. Karena saat itu sudah terlanjur ra to the me to the pi to the san alias rame pisan kita nggak jadi makan di situ. Akhirnya beberapa waktu lalu, pas saya lagi bingung mau makan malam di mana dan lagi bosan makan makanan yang di sekitaran kosan, saya pun memutuskan naik si Beti (nama motor saya) keliling Bandung (not literally keliling "Bandung" yaa) dan tiba-tiba irama musik keroncong dari perut membimbing saya melewati Jalan Siliwangi, Dago, terus ke Riau, dan eng ing eng tibalah saya di Nasi Kalong ini.

Waktu itu, saya nyampe keawalan banget, jam 7 kurang gitu deh, masih sepi banget, baru ada 3 pengunjung ditambah saya. Saya langsung mikir, "Kok sepi sih, apa ini tempat baru bangkrut ya gara-gara ketauan pake penglaris dari pesugihan di Gunung Gede." Mungkin karena waktu itu saya terlalu dikuasai rasa lapar saya, saya jadi mikir-mikir aneh, padahal ya jelas lah masih sepi, wong belum buka tempatnya. Saya pun menunggu dengan manis kayak tuan putri, kali ini literally kayak tuan putri.

Spanduk super gede yang nampilin foto banyak artis yang sudah pernah mengunjungi tempat ini. Saya yakin pasti nggak lama setelah kunjungan saya, spanduknya diupdate, jadi ada foto sayanya gitu deh hohoho
foto: koleksi pribadi


Untuk konsep Nasi Kalong ini, diusung konsep outdoor dengan payung-payung teduhnya, bikin suasana jadi santai banget. Penyajian makanannya dilakukan secara prasmanan, jadi pengunjung harus mengantri untuk ngambil makanan. Katanya sih, sebelum seterkenal sekarang, lokasi Nasi Kalong masih menumpang dengan salah satu factory outlet di daerah Riau. Sekarang Nasi Kalong sudah memiliki lokasi sendiri dengan jumlah pengunjung yang sangat banyak. Saya salut banget deh!


Nasi Kalong waktu masih belum beroperasi
foto: koleksi pribadi


Pukul 19.20 suasana udah mulai rame, pengunjung mulai berdatangan, bahkan udah ada yang begitu dateng langsung ngantri, padahal masih belum dibuka. Yaah, semua orang menanti dan sudah sangat kelaparan. Tiba-tiba, secercah harapan menghampiri, sebuah mobil putih yang ternyata merupakan mobil pembawa bahan-bahan makanan dan chefnya datang. Nasi Kalong pun beroperasi. Horeeee!

para pegawai sedang mempersiapkan makanan
foto: koleksi pribadi

sang chef beraksi
foto: koleksi pribadi


Pengunjung yang dari tadi menunggu langsung antri, saya bengong, "Semangat banget nih orang-orang." Dan ternyata saya salah, emang harusnya cepet cepet ngantri kalo di sini, soalnya seketika antrian bisa langsung jadi panjang buangeeet. Untung saya bengongnya nggak lama, jadi nggak perlu ngantri terlalu lama saat itu.

pengunjung mengantri mengambil makanan
foto: koleksi pribadi


Menu yang disajikan di sini banyak banget, sekitar 25-30an menu gitu, dan semuanya terlihat lazis. Menu-menunya homie banget, bikin saya jadi kangen masakan rumah :') Ada abon sapi, tempura kremes, telur balado, telur prudul, perkedel kentang, rolade abon, otak otak ranjau, semur
 jengkol, tahu kecap, jambal roti dan lain-lain. Di sini juga ada menu favorit pelanggan loh. Menurut, mas-masnya, menu favorit di sini adalah Tumis Buncis Bakar dan Ayam Goreng Madunya, waktu saya buka-buka review dari pecinta kuliner yang lain juga kebanyakan menyebutkan menu favorit yang sama. Tapi, waktu melihat langsung semua menunya, rasanya semua langsung jadi favorit deh, semuanya menggoda. :9

Bingung? Tenang aja, ketika memilih makanan kita akan dibantu oleh para pegawai Nasi Kalong yang ramah dan sigap. Dengan bantuan dari mbak-mbak dan mas-masnya, saya pun memutuskan untuk mengambil nasi kalong (pastinya), abon sapi, tumis buncis, tahu kecap, sambal, dan ayam lemon. 

Nasi Kalong + Tumis Buncis Bakar + Ayam Lemon + Tahu Kecap + Abon Sapi + Sambal | Rp 43.000,00
foto: koleksi pribadi


Sekarang tiba di bagian yang pastinya paling ditunggu, makaaaaan! Mari kita bahas menu pilihan saya...

Nasi Kalongnya yang berwarna ungu ini harum, pulen, sekaligus gurih, nikmat banget lah di lidah, kayaknya dimakan nggak pake lauk juga udah enak loh. Ternyata, rahasia dari kelezatan nasi kalong adalah beras merah yang dimasak dengan picung (biasanya dipake buat bikin rawon) dan rempah-rempah. Waah, jadi pengen deh coba-coba buat nasi kalong ini. 

Kalo Tumis Buncis Bakarnya elegan banget menurut saya. Kok elegan? Pertama, dari segi tampilan, TBB ini terlihat glossy glossy gimana gitu, terus kayak ada auranya gitu (apa sih din -__-), mungkin efek mengilat itu gara-gara ditumis kali ya. Kedua, dari segi rasanya, menurut saya rasanya manis dan krenyes terus ada rasa-rasa bawang putihnya gitu, kaya rasa menurut saya. Pantas banget sih ini jadi menu favorit, yang cepet banget habis disambar pengunjung.

Selanjutnya adalah Ayam Lemon. Menu favorit sih seharusnya Ayam Goreng Madu, tapi saya memilih Ayam Lemon saat itu, karena dia yang berhasil menarik perhatian saya untuk pertama kalinya. Ayamnya  dipotong kecil-kecil dan ditaburi wijen. Menurut saya, ayamnya lembut banget (kayaknya mereka pake ayam kampung deh), rasa bumbunya meresap sampe ke dalam daging, walaupun lemonnya nggak terlalu terasa. Lumayan bikin ketagihan sih ayamnya, bahkan saya sempet mikir ini ayam buat dijadiin camilan kayaknya enak deh, hehe.

Untuk Tahu Kecap, Abon Sapi, dan Sambalnya sih, hampir sama seperti pada umumnya. Tahu Kecapnya manis dan bumbunya meresap, Abon Sapinya biasa aja kalo menurut saya, sedangkan Sambalnya lumayan pedas.

keramaian Nasi Kalong (pukul 19.53 WIB)
foto: koleksi pribadi


Suasananya yang santai banget walaupun di tengah kota, bikin tempat ini sebenernya enak untuk nongkrong. Sayangnya karena lahan yang sempit kita jadi nggak bisa seenaknya nongkrong lama-lama, soalnya yang mau makan juga banyak. Selain itu, tempatnya menurut saya agak sedikit kotor, mungkin ini juga karena lahannya yang sempit.  Kalo Nasi kalong bisa ekspansi, perluasan daerah lagi, pasti bakal lebih top markotop.

Tentang harga, ternyata di sini lumayan mahal (apalagi untuk dompet anak kosan). Menu yang saya pilih untuk makan malam itu berharga total 43000 rupiah. Saran saya, kalo ke sini siapin paling aman minimal 30000 rupiah, dan jangan kalap ngambil makanannya, soalnya di sana harga makanannya nggak ditampilin. Jadi, kita ngambil, lalu ke kasir, kasirnya lihat makanan yang kita ambil, terus langsung nyebutin harga total tanpa ngasi tau harga satuan (tapi mungkin kalo nanya bakal dikasi tau?), dan kita harus bayar.  Saya kaget sih sebenernya dengan harga makanannya, tapi dengan lauk sebanyak dan seenak itu, 43000 worth it laaah.

Overall, Nasi Kalong recommended banget ;)

Wednesday, June 12, 2013

Mistakes

HIMYM Season 1 when Lily talked about mistake
There are certain things in life where you know it's a mistake but you don't really know it's a mistake because the only way to know that it really is a mistake is to make that mistake and go, "Yup, that was a mistake". So really, the bigger mistake would be to not make the mistake because then you'll go about your whole life not knowing whether it was a mistake or not.


Several months ago, I were browsing random news when I finally got an article about Justin Bieber from usmagazinesThere is a statement of Justin Bieber that made me interested, 
I'm young and I make mistakes. That's part of growing up.
source of image: tumblr


Well, I don't know whether Justin really meant it or he was trying to deny that his messy is a mistake. But, that exactly is not the point of this post. I'm sure most of us also thinks like Justin, including me myself. We just take it for granted that make a mistake is not a problem. Doing a mistake is a common things if we want to be a success person. This mindset is not wrong at all. Moreover, it's impossible to do everything perfectly. The problem is sometimes this mindset leads us easily to make a mistake because we think we have to and it doesn't even matter.


source of image: laneshill.me


And about Lily's line (haha, I had to repeat these lines while I was watching, to digest the meaning), I thought, it's just the same with most of us' mindset. We used to do fault and denied by saying it's a good thing, to make us better. Then, we keep doing that continuously, rather than admit that it totally is wrong. Never try to fix it, no betterment is achieved.



So, what should we do? Stop denying, you're wrong. Stop pretending that all mistakes we've made is okay.

Tuesday, June 11, 2013

Why You Will Love Islam

First of all, I share these videos without any willing to attack anyone's beliefs, so do not be offended. I just want to share view from my fellow Muslims that Islam is never tell us to be a hater, it teaches us to be a lover.



I'm not that kind of fanatic nor extremist in religious thing. But sometimes, looking on condition that my belief is being mocked or many people have any misconception about Islam really makes me sad. However, I'm a Muslim and I do believe in Islam.

source of image: BlessedIslam


And We have not sent you, (O Muhammad), except as a mercy to the world. (Quran 21:107)

Monday, June 10, 2013

Why We Procrastinate

For people who unconsciously love to procrastinate which means it also refers to me.