Saturday, March 16, 2013

puisi jadul :D

Ini hasil dari kerjaan iseng buka-buka folder lama. Eh ketemu puisi jadul, tahun kapan ya ini saya buatnya, perasaan udah lama banget. Ngakak sendiri bacanya, sebegini random dan anehnya saya dulu bikin beginian --"

Berkali-kali kubaca buku pelajaran Biologi yang kupinjam dari perpustakaan sekolah
Ronyok halamannya lantaran berkali-kali kulipat, kubuka, dan kubaca
Kata kunci yang sama dengan variasi kata berbeda, berulang kali kuketikkan di kotak mesin pencarian internet
Aku masih kelas 6 SD, tak mengerti benar dengan arti alel, faktor VII, IX, atau apalah itu
Tapi dengan keras tetap kucoba pahami materi ini
Perkataan ibu guru di kelas tadi, masih terus berkeliaran di pikiranku
Berusaha menjawab rasa penasaranku selama ini
Mengapa ayah dan ibu menomorsatukan adik laki-lakiku itu dalam segala hal
Menyayangi, melindungi, seolah dialah anak mereka satu-satunya
Dibilang anak bungsu pun, bukan. Masih ada, seorang adik perempuan terkecil di keluarga ini
Menetes air mataku, aku memang tak mengerti benar selama ini
Menyesal, itu yang aku rasakan sekarang
Mengapa aku baru tau sekarang
Mengapa baru tadi pagi, ibu guru mengatakan tentang hal itu
Mengapa tak langsung saja kukatakan rasa iriku selama ini kepada ayah dan ibu
Agar mereka bisa memberi pengertian kepadaku
Sebelum semuanya terlanjur terjadi
Bukan kehendak ayah dan ibu, mereka lebih menaruh perhatian kepada adikku, tidak kepadaku atau pun adik perempuan terkecilku
Bukan salah ayah, mencintai ibu, dan akhirnya menikah
Bukan keinginan ibu, mewarisi kromosom x pembawa sifat hemofilia itu
Bukan salah mereka, adikku harus mengalaminya
Salahku, yang tak mau mengerti
Salahku yang selalu iri, yang karena keirian itu dengan sengaja kudorong dia hingga jatuh dan terluka dan harus segera dilarikan ke rumah sakit
Salahku sendiri aku dimarahi ayah dan ibu, atau barangkali mereka akan sangat membenciku
Salahku, tak mau peduli dengan lebam dan kucuran darah adikku yang tak mau berhenti
Salahku, tak mau tahu memar-memar di sekujur tubuh adikku yang tak hilang berminggu-minggu
Seharusnya bisa kujaga adikku, dia hanya mutiara kecil rapuh dan rentan
Seharusnya bisa kuhapus keresahan ayah dan ibu, mereka diberi tugas penting oleh Tuhan, mempertahankan adikku
Ayah, Ibu, Adik, maafkan aku, aku hanya belum mengerti

No comments: